SAAT HIDAYAH MENUNTUT UNTUK BERHIJRAH
Hijrah itu milik Allah
Hidayah Allah tak dapat disangka, datangnya tak bisa diraba, dan terbukanya hati seseorang itu merupakan kehendak Allah. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Tidak ada manusia bahkan seorang nabi sekalipun yang dapat memaksakan kehendak akan datangnya hidayah terhadap seseorang. Allah berfirman :
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” ( Q.S Al-Qashash : 56)
Ibnu katsir mengatakan mengenai tafsir dari ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambaku yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa sja yang tidak pantas mendapatkannya.”
Syeikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Usmanin mengatakan, “Hidayah disini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah S.W.T berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang di kaitkan dengan kehendak Allah S.W.T maka mengikuti hikmah-Nya.”
Turunnya ayat ini berkenaan dengan cintanya Rasulullah S.A.W kepada pamannya Abu Thalib. Akan tetapi, segala cara dan upaya yang dilakukan beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran, tidak sampai membuat pamannya menggenggam Islam sampi ajal menjemputnya.
950 tahun trnyata belum cukup bagi nabi Allah Nuh untuk menjadikan umatnya mendapat hidayah Allah, bahkan ketutunannya sendiripun tidak dapat ia selamatkan dari adzab. Allah berfirman :
وَنَادٰى نُوۡحُ اۨبۡنَهٗ وَكَانَ فِىۡ مَعۡزِلٍ يّٰبُنَىَّ ارۡكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنۡ مَّعَ الۡكٰفِرِيۡنَ (52) قَالَ سَاٰوِىۡۤ اِلٰى جَبَلٍ يَّعۡصِمُنِىۡ مِنَ الۡمَآءِؕ قَالَ لَا عَاصِمَ الۡيَوۡمَ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنۡ رَّحِمَۚ وَحَالَ بَيۡنَهُمَا الۡمَوۡجُ فَكَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِيۡنَ (53)
“Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (Q.S Hud : 42-43 )
Melihat anaknya yang tenggelam, nabi Nuh berdo’a :
وَنَادٰى نُوۡحٌ رَّبَّهٗ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابۡنِىۡ مِنۡ اَهۡلِىۡ وَاِنَّ وَعۡدَكَ الۡحَـقُّ وَاَنۡتَ اَحۡكَمُ الۡحٰكِمِيۡن (45)قَالَ يٰـنُوۡحُ اِنَّهٗ لَـيۡسَ مِنۡ اَهۡلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيۡرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسۡــَٔــلۡنِ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌؕ اِنِّىۡۤ اَعِظُكَ اَنۡ تَكُوۡنَ مِنَ الۡجٰهِلِيۡنَ(46)
“Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.”” (Q.S Hud : 45-46 )
Hidayah memang milik Allah A.W.T. Maka sungguh sejainya tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi dakwah. Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenaria perjalanan hudup seseorang.
Saat hidayah menuntutku untuk berhijrah
Berhijrah artinya meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada Islam, beraga, proses perjalanan seseorang dalam dalam menemukan hidayah sehingga ia memutuskan untuk berhijrah, banyak sekali kisah unik yang melatar belakanginya. Seperti halnya kisah Umar bin Khatab yang terkenal dengan sifat kejam dan wataknya yang keras sebelum masuk Islam, akhirnya lunak dengan surah Thaha yang dibacakan oleh adiknya Fatimah, sehingga beliaupun mengikrarkan keislamannya.
Hijrah berarti pula meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan yang dimurkai oleh Allah S.W.T untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah S.W.T dan diridhai-Nya.
Masih ingat dengan Alm. Ustadz Jefri Al Buchari atau UJE ? Suami tercinta dari umi Pipik ini menjadi salah satu tokoh agama yang dicintai banyak orang. Meski terlihat sempurna, bukan rahasia lagi jika masa lalu Uje penuh dengan kegelapan. Bukan hanya suka minum, Uje juga mengonsumsi barang-barang terlarang hingga menantang Tuhan.
Cukup lama hidup dalam kegelapan, Uje pun bangkit dan berhijrah menjadi orang yang lebih baik. Niatan apiknya terwujud hingga ia menjadi salah seorang ustadz sekaligus motivator Indonesia.
Titik balik Uje bermula saat ia bermimpi melihat jasadnya sendiri dalam kain kafan pada suatu hari. Antara sadar dan tidak, ia terpana sambil bertanya pada dirinya sendiri. “Benarkah ini jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur yang kudapat hanyalah penderitaan. Aku jadi takut tidur, aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi.” Tulisannya dalam mamoar Uje tentang masa lalunya sebagai pembelajaran orang lain.
Ketakutannya terhadap kematian mulai menyadarkan Uje. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatnya sadar.
“Hijrah itu adalah engkau jauhi perbuatan keji, baik yang nampak maupun tidak, engkau tunaikan shalat dan zakat, dan engkau disebut seorang muhajir meskipun engkau meninggal di tempat.” (H.R Ahmad Bazzar)
Mari sejenak kita simak kisah yang satu ini. “Saya dulu adalah gembong ribs karena saya kerja di tempat pinjam-meminjam uang, dan saya menjabat sebagai koordinator pemasaran. Masalah gaji tidak perlu diragukan lagi, sampai-sampai saya menganggap ladang rezeki saya hanya ini, sehingga saya pertahankan sekuat tenaga. Nasehat demi nasehat telah sampai kepada saya, namun saya anggap angin lalu. Hingga pada suatu ketika saya melihat salah satu judul artikel di Majalah Al-furqon disampul depan (Membedah Syubhat Riba) dan hati sayapun memaksa untuk membacanya.
Setelah saya membaca, entah bagaimana kejadiannya air mata saya menetes perlahan, jantung berdebar kencang, seluruh tubuh terasa dingin, namun saya berusaha tidak menghiraukannya. Keesokan harinya, entah bagaimana caranya saya asyik beryoutube ria, ketemu dengan videonya Ustadz Ami Nur Bait, lagi-lag membahas riba. Video yang panjang saya liat, hati saya semakin goyah.
Keesokan harinya saya sholat jum’at, pak ustadznya khutbah masalah riba pula, dengan sangat tegas dan lantang mengatakan riba haram! Akhirnya saya baca lagi majalah itu dan saya bawa ketetangga saya yang seorang ustadz dan beliau membenarkan bahwa tiada toleransi untuk riba.
Sayapun pulang dengan tubuh lemas sambil berfikir seperti apa nasib saya kelak diakhirat. Setelah sampai rumah sayapun bercerita kepada stri saya panjang dan lebar, dan alhamdulillah tenyata istri saya pro dengan pak ustadz tadi dan mendukung saya untuk segera berhenti bekerja.
Sayapun bertaubat kemudian keesokan harinya saya mengajukan resign dengan alasan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadist, siapa tau ada yang mau ikut resign. Akhirnya dengan menyebut nama Allah dan modal dari mertua saya memutuskan untuk berjualan batagor didepan pasar. Dan Alhamdulillah bukan hanya uang yang saya dapat tapi juga ketenangan hatipun saya dapat, yang tidak pernah saya peroleh dari perusahaan tempat saya bekerja dulu.”
Berubah memang tak mudah
Setiap manusia mesti berhijrah, yaitu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hijrah adalah pengorbanan yang sulit, penuh dengan godaan dan bisikan ghoib. Agar perubahan terasa sia-sia. Hinngga hati menjadi lemah, dan nafsulah yang berkibar.
Sungguh sebuah nikmat yang besar jika kita bisa berhijrah, karena itu adalah tanda bahwa Allah sangat menyayangi kita. Dia tidak ingin kita telalu lama menjauh dari-Nya dan terlena akan segala bentuk tipuan yanfg ada dimuka bumi ini.
Berhijrah bukan perkara mudah. Tapi lupakah kita bahwa Alah telah menjanjikan sebuah kemudahan dibalik sebuah kesulitan. Tetaplah berjalan dalam syariat-Nya dan mohonlah agar bisa tetap istiqomah.