KH Hanan Basri
Ust Hasan Basri
Pendiri Pesantren Al-Mukmin lainnya adalah Ustadz Hasan Basri. Sayangnya, tidak banyak data yang bisa menjelaskan profilnya. Dari beberapa informasi, Ustadz Hasan Basri berasal dari Banjarmasin. Ia adalah seorang aktivis dakwah. Bersama rekan-rekannya sesama aktivis, ia bergabung dalam Pelaksana Tabligh Pelaksana Khutbah (Petapekhut). Ia juga turut mengisi Kuliah Zuhur di Masjid Agung Surakarta. Saat Bapak Mohammad Natsir membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia perwakilan Surakarta, Ustadz Hasan Basri ikut menjadi salah satu pengurusnya bersama Ustadz Abdullah Sungkar sebagai ketuanya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai aktivis dakwah, Ustadz Hasan Basri masih mengajar dan membina para santri Al-Mukmin. Ketika Pesantren Al-Mukmin berdiri di Gading Kidul, ada tiga ustadz yang banyak mengurusi kegiatan santri di asrama. Mereka adalah Ustadz Abu Bakar Ba‘asyir, Ustadz Yoyok Rasywadi, dan Ustadz Hasan Basri. Ketika Al-Mukmin berhijrah ke Ngruki, Ustadz Abu dan Ustadz Yoyok membuat rumah di dalam komplek pesantren, sedangkan Ustadz Hasan Basri tidak. Rumahnya terletak tidak jauh dari pesantren. Meskipun demikian, Ustadz Hasan Basri tetap mengajar santri di kelas. Pelajaran yang ia ampu adalah perbandingan agama.59 Pada masa-masa selanjutnya, Ustadz Hasan Basri lebih banyak memberikan motivasi dan wawasan ilmiah kepada para santri, terutama santri senior, daripada mengajar di kelas.
Jadi, kesibukan Ustadz Hasan Basri lebih banyak di luar pesantren daripada di dalam pesantren. Ia banyak melakukan kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Ia sering mengisi kajian di Masjid Fatimah dan Masjid Istiqomah Penumping. Apabila menyampaikan khutbah Jumat, jamaah sampai membludak karena ingin menyimak untaian-untaian nasihat dari lisannya.60 Sementara itu, Ustadz Abu Bakar Ba‘asyir yang diamanahi sebagai direktur pesantren memang lebih banyak sibuk dengan urusan pesantren. Waktunya habis mengurusi pesantren. Terkadang Ustadz Hasan Basri sate atau melihat-lihat lingkungan sekitar Surakarta agar mengetahui dunia luar pesantren.61
Ustadz Hasan Basri dikenal sebagai seorang dai yang kuat dalam memegang prinsip, terutama mengenai hubungan antara laki-laki dan wanita. Ia banyak dikenal di kalangan mahasiswa karena melakukan dakwah di kampus. Apabila ada mahasiswa dan mahasiswi berpacaran, ia dekati mereka, lalu dakwahi. Setelah itu, mahasiswa dan mahasiswi tadi ia tawari untuk menikah.62 Selain aktif berdakwah di tengah umat, Ustadz Hasan Basri sehari-hari juga dikenal sebagai pedagang buku. Ia mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dari hasil penjualan buku; bukan dari hasil ceramahnya. Hampir semua tokoh agama Islam di Surakarta dahulu seperti itu. Di tengah umat mereka berdakwah. Namun mereka juga masih sempat membagi waktunya untuk bekerja mencari nafkah.63