KH Abdullah Bin Ahmad Sungkar

Abdullah bin Ahmad Sungkar adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya. la lahir sebagai warga negara Indonesis keturunan Arab di Surakarta sekitar tahun 1937. Lingkungan pergaulan Abdullah Sungkar sejak masa kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa adalah lingkungan keluarga yang kuat dan taat beragama. Ayahnya, Ahmad bin Ali Sungkar, tergo long orang yang hidup sederhana dalam keluarga dan selalu memperhatikan kehidupan anaknya. Sejak kecil, sang ayah mengasuh dan mendidik anaknya dalam suasana agamis. Itu lah sebabnya Abdullah Sungkar belajar formal mulai Taman Kanak-kanak sampai SMA selalu di lembaga pendidikan Islam. TK dan SD sekolah di Al-Irsyad. SMP dilangsungkan di Modern Islamic School. Adapun SMA di SMA Muhammadiyah C. Setelah menamatkan SMA pada 1957, ia tidak lagi melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi berhubung keadaan ekonomi kelu arga yang tidak memungkinkan.

Latar belakang kehidupan keluarga yang sederhana tidak menghalangi niatnya untuk terus memperdalam ilmu. Dalam masa belajar ini, ia mengkhususkan diri untuk mempelajari ilmu agama. Kemampuan yang dimiliki dalam hal bahasa, se perti bahasa Arab dan Inggris, merupakan modal besar dalam mencapai cita-citanya.

Berkat kecerdasan, penguasaan bahasa Arab dan Inggris yang baik, serta ketekunannya, ia memiliki pengetahuan dan wawasan agama yang luas dan diakui. Mengenai hal ini, Us tadz Abu Bakar Ba’asyir berkata, “Kecerdasan beliau memang luar biasa, terutama dalam menghafal Al-Qur’an dan ung kapan-ungkapan para ulama. Di samping itu, beliau memang tekun belajar secara mandiri dan menelaah karya-karya para ulama, setelah itu mendakwahkannya dan mengamalkan pe ngetahuan yang diperolehnya sehingga secara bertahap lama kelamaan keilmuan beliau berkembang dan meningkat pesat sekali.

Gejolak jiwa muda yang didasarkan semangat iman kepa da Allah, yang sejak kecil dipompakan orang tuanya untuk taat beragama, mendorongnya untuk terjun ke dalam berbagai organisasi Islam yang ada pada saat itu. Selain sebagai wa dah perjuangan, organisasi dimaksudkan juga sebagai tempat menempa diri, memperkuat mental dan disiplin, serta meng hilangkan sifat ego yang masih melekat pada dirinya sebagai modal untuk terjun ke tengah-tengah masyarakat kelak.

Organisasi yang dimasuki Abdullah Sungkar setelah Kepanduan Al-Irsyad adalah Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) pada tahun 1954, Pada tahun itu juga, ia ikut menjadi anggota partai politik Masyumi yang berpusat di Jakarta dan dipimpin oleh Mohammad Natsir. Kegiatan organisasi terus dikembangkannya. Tahun 1965, Abdullah Sungkar diangkat sebagai pengurus Badan Pelaksana Tabligh Surakarta. Profesi dakwahnya saat itu belum begitu menonjol meskipun sejak itu tenaganya sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengisi pengajian dan memberikan ceramah-ceramah di berbagai tempat.

Di bidang dakwah, Ustadz Abdullah Sungkar memang dikenal sebagai orang yang berbakat. Ia adalah tipe orang yang tidak pernah puas dengan kesuksesan karier yang dicapainya. la selalu ingin lebih baik dari apa yang didapat sebelumnya Dalam organisasi, ia dikenal sebagai orang yang pemberani dan tegas. Sifat paling menonjol yang dimilikinya adalah te gak dalam pendirian terhadap sesuatu yang diyakini kebenar annya. la dikenal pula sebagai pemimpin yang bijaksana dan nstidak mementingkan diri sendiri. Dakwahnya tidak terbatas pada pengajian-pengajian saja. Pada 1969, ia mendirikan se buah pemancar Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS). Alat komunikasi ini digunakan sebagai sarana dakwah. Bebe rapa tahun setelah berdirinya pemancar ini, ia bersama ka wan-kawannya dapat berdakwah lebih leluasa kepada masya rakat. Kesempatan baik ini tidak disia-siakan. Semangat Islam terus dikumandangkannya lewat pemancar ini. Oleh karena RADIS yang menyiarkan dakwah kepada masyarakat dianggap bernada politik, maka pada 1975 radio itu dilarang menguda ra oleh Laksusda (Pelaksana Khusus Daerah) Jawa Tengah.

Berbagai hambatan ditemui. Meskipun demikian, kegiatan dakwahnya tidak pernah berhenti. Namanya sebagai mubaligh dan juru dakwah lebih menonjol lagi ketika pada tahun 1970 diangkat sebagai ketua Pembantu Perwakilan Dewan Dakwah alslamiyah Indonesia (DDII) cabang Surakarta.“ Kelak di kemu dian hari, DDI cabang Surakarta ini menjadi DDIl perwakilan wilayah Jawa Tengah hingga kini. DDII juga mempunyai peran dalam pendirian dan pengembangan Pesantren Al-Mukmin. Selain Ustadz Abdullah Sungkar, ada beberapa ustadz aktivis DDII yang menjadi pengajar di Pesantren Al-Mukmin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *