Majaz Dalam Al-Qur’an
Majaz Dalam Al-Qur’an
Ibnu Mubarok
Majaz dalam bahasa Arab berarti mengungkapkan sesuatu dengan meminjam sesuatu yang lain. Lawan dari majaz adalah haqiqah yang berarti bahwa makna dari sebuah ungkapan sesuai dengan ungkapan yang disampaikan. Ada berbagai jenis majaz yang dipakai dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah:
Pertama, metafora (Isti’arah) yang berarti penggantian sesuatu yang sejatinya dengan ungkapan lain yang “tidak sejatinya”. Bisa juga dikatakan sebagai peralihan makna dasar dari suatu kosa kata ke makna kosa kata yang lain karena suatu hal. Dalam Al-Qur’an, penggantian tersebut mudah untuk dicerna oleh akal sehat dan berdasarkan kemiripan logis. Sebagai contohnya QS 7:157 “mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an)”. Kata ‘nur’ disini dipinjam untuk memperjelas misi dan pesan kenabian, karena ‘nur’ atau cahaya itu terang dan bisa membuat semuanya menjadi jelas.
Kedua, tasybih (seni perbandingan), yang berarti membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam tasybih ini terdapat empat unsur dasar yakni; sesuatu yang diperbandingkan (almusyabbah), obyek perbandingan (almusyabbah bih), alasan perbandingan (wajh al-tasybih), dan perangkat perbandingan (adat al-tasybih). Tasybih tersebut dapat berupa sesuatu yang nyatal atau sesuatu yang masih butuh penjelasan lebih lanjut. Namun empat unsur dasar itu tidak mutlak terlihat semuanya, seperti contoh dalam QS. 29:41 “perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah”.
Ketiga, matsal (parabel) dan Tamtsil (persamaan), yang berarti menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, atau bisa dikatakan juga ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju. Seperti apabila orang arab ditanya, manakah persamaan dari pernyataan ‘sebaik-baiknya perkara adalah yang tengah-tengah’ maka mereka menjawab dengan QS Albaqarah ayat 68 ataupun QS. Alfurqon ayat 67. Begitu juga dalam surat Hud ayat 81 pada kalimat bagian akhir ayat: bukankah subuh sudah dekat? Karena kesombongan dan rencana yang jahat mereka di muka bumi, rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.
Keempat, kinayah (Metonimie) adalah sesuatu atau konsep yang disebut dengan tidak menggunakan kata asli dari konsep tersebut namun dinilai memiliki hubungan yang logis. Contoh dalam Al-qur’an adalah QS 5:6 aw laamastum nisa’ kata lams ini berarti “hubungan seksual” atau QS 2:187 “Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur (rafats) dengan istri-istri kamu, mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka”. Kata rafats disini berarti juga hubungan seksual.
_____________________________________________
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim
Setiawan, M. Nur Kholis. 2006. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Elsaq Press.
Supiana dan Karman, M. 2002. Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir. Bandung: Pustaka Islamika.