IMAN, HIJRAH DAN JIHAD (kandungan surat al-Baqarah ayat 218)

IMAN, HIJRAH DAN JIHAD

(kandungan surat al-Baqarah ayat 218)

Oleh: Ibnu Mubarok  

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allâh, mereka itu mengharapkan rahmat Allâh, dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat diatas diturunkan berkenaan dengan kejadian yang terjadi pada sahabat Rasul dalam rangka memberikan kabar gembira dan menenangkan hati mereka, bahwa  mereka tidak bersalah dalam hal tersebut, yakni ketika Rasûl mengutus Abdullah bin Jahsy, putra dari saudara perempuan ayahnya, untuk memimpin 12 orang shahabat, dalam misi da’wah pada kaum Quraisy.  Tatkala sampai di kawasan Nakhlah, berpapasan dengan tentara Quraisy yang menghadang, kemudian terjadilah pertumpahan darah, Abdullah bin Jahsy berhasil menewaskan kafir Quraisy bernama Amr bin al-Hadlrami yang menghadangnya. Pada saat itu, Ibn Jahsy, tidak mengetahui betul apakah sudah masuk rajab atau masih Jumadi al-Akhir. Bulan rajab adalah bulan haram yang dilarang menumpahkan darah. Persitiwa tersebut menimbulkan perbedaan faham di kalangan shahabat, karena terjadi pada bulan haram, apakah jihad yang menewaskan kafir itu, berpahala ataukah tidak. 

Didalam ayat ini Allah menjelaskan tentang 3 sifat yang termasuk dalam tanda-tanda kebahagiaan yang akan diperoleh seseorang agar  memperoleh rahmatnya Allah. Hal ini dijelaskan oleh Syekh Nashiruddin as-Sa’di bahwa tiga sifat tersebut adalah Iman, Hijrah dan Jihad yang memiliki hubungan yang  sangat erat.

Pertama, iman.  Iman dalam tinjauan syariat bermakna pembenaran yg memiliki konsekuensi untuk tunduk dan menerima atas segala apa yang datang dari Allah kepada Rasul-Nya. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana yaitu membenarkan dalam hati mengucapkan dalam lisan dan mengamalkan dalam perbuatan. Iman adalah hal mendasar yang menjadi penentu status seseorang, maka tidaklah perlu anda bertanya lagi tentang keutamaannya, dan bagaimana menanyakan suatu hal yang merupakan pembeda antara orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara? Demikian juga pembeda antara penghuni surga dari penghuni neraka. Dan iman itulah yang apabila ada pada seorang hamba, niscaya amalan kebaikannya diterima, dan bila tidak ada, niscaya tidak akan diterima darinya amalan tersebut.

Kedua, hijrah. Hijrah menurut bahasa berarti pindah, baik secara fisik maupun non fisik. Dalam ayat diatas kata hijrah dirangkai dengan kata Iman yaitu dengan diulangnya kalimat alladzina pada alladzina amanu walladzina haajaru. Ini menunjukkan Hijrah dan jihad harus dibangun atas keimanan. Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya, bahwa makna kata hijrah dalam ayat di atas adalah berhijrah dari negeri yang menjadi tempat kediaman orang-orang kafir. Imam Al-Kurthubi dalam tafsirnya berkata bahwa makna hijrah adalah meninggalkan suatu tempat untuk menuju tempat lain dengan tujuan untuk memperoleh tempat yang lebih baik. Memang, iman kepada Allah itu menuntut pembuktian lewat perilaku, yaitu dengan bersedia tunduk-patuh kepada syariat Allah –antara lain- dengan berhijrah.

 Jika suatu saat keadaan yang dihadapi kaum Muslimin sama seperti yang dihadapi oleh Ibrahim As di bawah kesewenang-wenangan Raja Namrudz, sama seperti yang menghadang Musa As di bawah kedhaliman Penguasa Fir’aun, maka hijrah (pindah secara fisik) adalah amalan  yang harus dipilih.Tetapi, jika keadaan masih kondusif bagi terselenggaranya dakwah maka hijrah kita ambil ruhnya saja, kita ambil semangatnya saja.  Artinya, kita hijrah dari kedhaliman” menuju keadilan.  Hijrah dari malas beribadah menuju rajin beramal shalih. Hijrah dari suka berbohong menuju cinta kejujuran. Hijrah dari suka korupsi menuju pandai bersyukur. Pendek kata, kita hijrah dari segala yang dilarang Allah menuju ketaatan kepada semua perintah Allah.

Ketiga, jihad. Dalam ayat diatas tidak dimulai dengan kalimat walladziina, sehingga kata jihad dirangkaikan dengan kata hijrah. Hal ini dikarenakan hijrah serta jihad harus didasari atau dilandasi oleh keimanan. Kata jihad jika dirangkaikan dengan kata fii sabilillah akan memiliki makna qital (perang). Jihad adalah mengerahkan segala kemampuan untuk “kepentingan” Allah. Dalam pengertian syar’i, jihad menunjuk secara khusus pada makna perang. Dengan demikian, jihad fi sabilillah adalah mengerahkan segala kemampuan dalam perang di jalan Allah, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti memberikan bantuan berupa gagasan, tenaga, harta, dan atau lainnya.

Dalam potongan terakhir dari ayat ini Allah mnggunakan kalimat ulaaika yaitu kata tunjuk untuk sesuatu yang jauh. Hal ini memberikan isyarat bahwasanya keinginan mereka itu sangat tinggi dan apa yang mereka lakukan yakni iman, hijrah dan jihad adalah sesuatu yang tinggi di sisi Allah. Makna yang lain seakan-akan ini suatu bentuk penegasan bahwa mereka akan mendapat sesuatu yg sangat besar. Mereka mengharapkan rahmat Allah, sesuatu yang sangat mungkin didapatkan jika melakukan ketiga perbuatan tadi.

Kata rahmat disini bisa bermakna salah satu sifat Allah. Yaitu mereka akan mendapatkan kasih sayang Allah. Bisa saja rahmat disini adalah akibat, yaitu ketika Allah memberikan rahmat kepada seseorang berarti dia dimasukkan ke dalam surga. Jadi surga itu disebut dengan rahmat. Artinya bentuk kasih sayang Allah kepada seseorang adalah dengan dimasukkannya hamba-Nya ke dalam surga. Makna yang lain bahwa keimanan, hijrah dan jihad adalah bagian dari rahmat Allah. hal ini berarti seseorang tidak boleh bersandar atas perbuatan yang dia kerjakan. Tidak boleh bersandar atas keimanan yang dia miliki untuk mendapat surga Allah. Karena dia masuk surga bukan dengan amal yang dia miliki tetapi atas rahmat Allah.

Kemudian Allah mengakhiri ayat ini dengan kalimat dan Allâh Maha Al-ghofur dan maha Ar-Rahiim. Kata Al-ghofur mengandung arti pengampun atas segala dosa hambanya, dan Ar-Rahiim  mengandung arti mencurahkan kasih sayang yang tiada terhingga sehingga memberi pahala yang amat besar bagi hamba yang beramal. Ini merupakan jaminan dari Allâh, bahwa orang yang beriman, berhijrah dan berjihad akan mendapatkan ampunan dan rahmat Allâh SWT. Wallahu A’lam Bi Shawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *