BILA HATI KOSONG DARI IMAN

BILA  HATI KOSONG DARI IMAN

 Oleh: Ibnu Mubarok

Berbicara tentang hati berarti membicarakan tentang bagian tubuh manusia yang paling penting dan utama, walaupun hati itu kecil dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain, namun baik dan jeleknya jasad tergantung pada hati karena baik atau buruknya seluruh anggota badan manusia tergantung dari baik atau buruknya hati. Hati juga menjadi standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan. Baiknya hati akan berpengaruh pada baiknya amalan badan. Dan buruknya hati akan berpengaruh pada buruknya amalan badan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia (HR. Bukhori dan Muslim ).

Didalam bahasa arab hati itu diungkapkan dengan kata قلب (qolbun ) digunakan untuk dua hal, yaitu :

  1. Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
  2. Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.

Dan hati juga merupakan bagian tubuh manusia yang paling rawan terkena fitnah syubhat dan syahwat, sehingga mudah terbolak-balikkan. Dalam menjelaskan hadits diatas Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah juga mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat itu semua tergantung pada baiknya hati. Hadits ini juga merupakan dalil bahwa akal dan kemampuan memahami, pusatnya adalah di hati. Sumbernya adalah di hati, bukan di otak (kepala). Demikian disimpulkan oleh Ibnu Batthol dan Imam Nawawi rahimahullah.

Di samping itu, hati merupakan tempat tumbuh kembangnya iman kepada Allâh Azza wa Jalla yang merupakan landasan utama kebaikan dan kemuliaan hidup seorang hamba di dunia dan akhirat. Ini berarti, mengusahakan perbaikan hati sama dengan mengusahakan perbaikan iman dan menyempurnakan pertumbuhannya. Dalam hadits yang shahih, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ، فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الْإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ

Sesungguhnya iman di dalam hati bisa (menjadi) usang (lapuk) sebagaimana pakaian yang bisa usang, maka mohonlah kepada Allâh Azza wa Jalla untuk memperbaharui  iman yang ada di dalam hatimu ( HR. AlHakim ).

Hati itu bagaikan raja, dan hati itu memiliki bala tentara. Apabila raja itu baik, maka baiklah seluruh bala tentaranya, dan apabila hati itu buruk, maka buruklah seluruh bala tentaranya.” Dan keterkaitan antara keduanya pun sangat kuat. Hubungan keduanya digambarkan Rasulullah, “Tidak akan sempurna iman seorang hamba kecuali bersih hatinya, dan tidak akan bersih hatinya kecuali lidahnya benar.

Imam Ibnul Qayyim didalam kitabnya Igâtsatul Lahfân telah berkata, “Hati yang hidup dan sehat jika ditampakkan padanya keburukan-keburukan maka dia akan menjauhinya dengan sendirinya, membencinya dan tidak akan menoleh kepadanya. Berbeda dengan hati yang telah mati, hati ini tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana ucapan Abdullah bin Mas’ud, “Binasalah orang yang tidak mempunyai hati untuk mengenal kebaikan dan mengingkari keburukan.”

Sedangkan Iman itu secara bahasa adalah kebalikan dari Kufur; yaitu pengakuan yang terpatri dalam hati sementara kufur adalah ketiadaan pengakuan. Adapun iman secara Istilah adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa iman adalah  tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan dalam berbagai perbuatan. Karena itu Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan yang sama dalam satu keyakinan. Artinya, terjadinya perpaduan antara unsur ruhaniyah dan perilaku seseorang. Jika salah satu dari keduanya bermasalah, maka akan berdampak pada kualitas imannya. Jadi, orang yang antara hati, lisan dan tindakannya terpadu secara apik, itulah yang kemudian disebut dengan orang yang beriman

Dan Iman itu memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa iman kehidupan manusia seperti kapas yang diterbangkan angin kesana kemari. Orang yang tidak beriman itu hidupnya akan kacau tidak terarah tanpa tujuan yang jelas. Dihanyutkan oleh hawa nafsu tanpa ada tujuan yang hakiki. Iman juga akan bisa membuat hidup kita semakin berarti dan penuh makna. Pengabdian yang ikhlas dari seorang hamba kepada Rabb-nya akan mengisi kekosongan jiwanya, melapangkan dadanya dan menentramkan hatinya serta cahaya yang menerangi hati, jiwa manusia. Bahkan iman itu menjadi alat kontrol agar manusia tidak terjerumus kepada perbuatan – perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam .

Seseorang boleh berbangga dan merasa bahagia pada saat memiliki kekayaan, harta berlimpah, rumah mewah, tanah yang luas, jabatan yang tinggi atau umur yang panjang namun harus disadari itu semua merupakan kebahagiaan nisbi yang terbatas pada kehidupan duniawi belaka, apalagi jika tidak dilandasi dengan iman maka segala kenikmatan tersebut akan berbuah malapetaka. Tanpa iman hidup manusia akan hampa, tidak memiliki nilai dan jati diri di sisi Allah dan bahkan tidak berbeda dengan makhluk lain seperti binatang, bahkan lebih rendah dari binatang.

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan”. (Ali Imran:178)

Beberapa ayat Allah berikut patut kita renungkan, karena didalamnya menjelaskan tentang hati yang didalamnya bersemayam dengan iman, sehingga dapat menjadikan setiap manusia untuk menggapai kemuliaan dan jati diri yang terbaik di sisi Allah. Diantaranya adalah :

  1. Manusia selalu dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman yang tidak akan mengalaminya. Allah berfirman: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat–menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.(Al-Asr:1-3)
  2. Manusia adalah makhluk sempurna, namun kesempurnaannya akan dapat jatuh dan hina jika tidak dipertahankan dengan keimanan.  Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (At-Tiin:4-6)
  3. Manusia yang beriman senantiasa mendapat kehidupan yang baik dan sejahtera serta ganjaran berlimpah di sisi Allah.  Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(An-Nahl:97)
  4. Manusia yang beriman senantiasa mendapatkan ketenangan dari Alloh.

 “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka.” (QS:  Al Fath: 4).

  1. Manusia yang beriman, umurnya senantiasa dilimpahi keberkahan dan mendapat rahmat sepanjang hidupnya. Nabi saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya”.(Tirmidzi)

Sementara itu, manusia tanpa iman dalam hatinya hanya akan mengalami kerugian yang besar, baik di dunia maupun di akhirat, bahkan Allah SWT memberikan perumpamaan bagi orang-orang tersebut dengan berbagai macam permisalan didalam beberapa ayatNya. Diantaranya adalah :

  1. Manusia tanpa iman, ibarat binatang hina bahkan lebih hina dari itu. 

Allah berfirman: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (Al-Furqan:43-44)

  1. Manusia tanpa iman, segala perbuatannya ibarat fatamorgana yang akan hampa dan tanpa nilai yang berharga di sisi Allah. 

Allah berfirman: “Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita Malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam melakukan) kezhaliman”. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa mereka berkata: “Hijraan mahjuuraa. Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (Al-Furqan:21-23)

Dan Allah juga berfirman: “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisi-Nya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (An-Nuur:39)

  1. Manusia tanpa iman, kehidupannya ibarat laba-laba yang membuat sarang (jaring) sebagai tempat tinggal yang mudah dihancurkan. 

Allah berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”. (Al-Ankabut:41)

  1. Manusia tanpa iman, kehidupannya ibarat anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya. 

Allah berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. (Al-A’raf:176)

Demikian pembahasan dalam masalah bila hati kosong dari iman, dan ternyata tidak bisa dipisahkan antara keduanya serta sangat erat hubungannya, karena sangat berpengaruh dengan perilaku seorang muslim dan mukmin.

Wallahu A’lam Bi Shawab

 

 

 

 

                                                                                                        

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *