UKHUWAH TAK MENGORBANKAN AQIDAH

UKHUWAH TAK MENGORBANKAN AQIDAH

Oleh : Abdul Rahman, LC

 

Dinul Islam mengajarkan cara membangun ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang erat antara sesama pemeluknya. Allah menjadikan aqidah dan iman kepada-Nya sebagai dasar ikatan persaudaraan. Sebagaimana Allah berfirman :

 

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al – Hujurat : 10)

 

Ayat di atas menjelaskan bahwa Alloh menjadikan ikatan ukhuwah atau persaudaraan dibangun di atas pondasi keimanan kepada Allah. Allah memerintahkan kepada seluruh kaum mukminin untuk berupaya memperbaiki hubungan ukhuwah di antara mereka yang diikatkan dengan ketakwaan kepada Allah dan cara ini merupakan salah satu jalan menuju rahmat Allah.

Ukhuwah juga merupakan anugerah serta nikmat yang agung dan mahal dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang mukmin. Allah berfirman :

 

وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ

            “Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.” (QS. Ali Imran : 103 )

 

Sebagian ulama ahli tafsir berkata tentang firman Allah dalam ayat tersebut, “Di dalamnya terdapat isyarat bahwa tumbuhnya ukhuwah (persaudaraan) dan mahabbah (kecintaan) antara kaum mukminin adalah semata-mata karena keutamaan dari Alloh.” Yakni karena keimanan dan akidahnya. Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Alloh akan berkata nanti pada hari kiamat: ‘Di manakah orang-orang yang menjalin persaudaraan karena-Ku, maka pada hari ini Aku akan menaunginya pada hari di mana tidak ada sebuah naungan kecuali hanya naungan-Ku’.” (HR. Muslim)

Untuk merealisasikan perintah Allah dalam memperbaiki hubungan persaudaraan ini, Rasulullah memberikan tips kepada kita. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar. Rasulullah bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Alloh akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Alloh akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari Kiamat nanti. Dan barang siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim, 4677)

Perhatikanlah, seluruh sikap dan akhlak mulia dalam Islam selalu diikatkan dengan keberadaan-Nya sebagai muslim yang merupakan ikatan akidah. Bahkan Islam menjadikan ikatan ukhuwah (persaudaraan) dalam aqidah menjadi ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan ikatan persaudaraan keluarga. Islam menggugurkan ikatan persaudaraan keluarga saat aqidah dan keimanan telah berganti dengan akidah yang kufur kepada Allah. Dan inilah alasan mengapa Allah memutuskan hubungan persaudaraan keluarga jika ada keluarga yang berpindah agama dan memiliki keyakinan kepada selain kepada Allah. Bapak tidak lagi dianggap sebagai bapak jika telah murtad, anak pun tidak lagi berstatus sebagai anak jika telah murtad dari Islam, bahkan suami isteri wajib bercerai bersama dengan perpisahan dan perbedaan dasar-dasar keimanan, begitu juga hukum waris sudah tidak berlaku lagi karena ada pihak yang berpindah akidah, dan masih banyak hukum atau aturan islam yang berlaku pada keluarga menjadi berubah apabila salah seorang anggotanya murtad atau berpindah agama. Jadi untuk membangun ukhuwah bukan dengan mengorbankan akidah tapi justru akidah menjadi nilai persamaan yang mengikat persaudaraan sejati.

Jalinan ukhuwah (persaudaraan) antara sesama muslim sangat berperan dalam membangun persatuan umat Islam. Rasulullah telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini. Saat beliau tiba di kota Madinah pada waktu hijrah, hal pertama yang beliau lakukan adalah mempersaudarakan sesama mukminin dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Peristiwa ini seakan memberi isyarat kepada kaum muslimin bahwa pembangunan ukhuwah islamiyyah menjadi syarat utama dalam membangun masyarakat Islami.

Kehidupan kaum muslimin akan sangat indah jika telah terwujud semangat membangun ukhuwah dan mendahulukan kepentingan saudaranya di atas diri sendiri (baca: Itsar). Semua aktivitas kebaikan akan dilakukan tanpa pamrih duniawi. Mereka akan membangun persaudaraan atas dasar semangat aqidah islam dan iman kepada Allah semata dengan mengabaikan hubungan darah, kebangsaan dan sejenisnya. Sungguh sangat indah bila dalam masyarakat muslim sikap-sikap sombong, hasad, benci telah memudar dari hati mereka dan digantikan dengan sikap saling mencintai, menyayangi sesama mereka serta menyukai apa yang disukai oleh orang lain dengan alasan karena kesamaan aqidah dan keimanan kepada Allah.

Pentingnya menjalin tali ukhuwah sering disuarakan oleh banyak pihak di kalangan kaum muslimin. Namun di antara mereka sering menyuarakan ukhuwah dengan motivasi yang berbeda-beda, ada yang motivasinya karena keduniaan, demi mengumpulkan keuntungan materi, mendapatkan jabatan dan lain sebagainya. Padahal pembangunan ukhuwah dalam islam akan gagal jika tidak berangkat dari motivasi akidah. Bangunan persaudaraan akan rapuh jika landasan yang dipakai bukan dari semangat iman karena Allah. Bahkan ukhuwah sejati mustahil terwujud jika tidak dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena hati manusia memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Allah berfirman,

لَوْاَنْفَقْتَ مَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مَّآ اَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيْنَهُمْۗ

“Seandainya engkau belanjakan apa yang ada di bumi semua, tidaklah bisa engkau persatukan antara hati mereka, tetapi Allah lah yang memper satukan antara mereka.” (QS. al-Anfal: 63)

 

Ayat di atas mengingatkan kepada kita terhadap sebuah kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah.Suatu kisah perseteruan yang terjadi antara suku Aus dan suku Khazraj di daerah Yatsrib (Madinah). Perseteruan antara kedua suku tersebut telah berlangsung berpuluh-puluh tahun dan telah banyak memakan korban jiwa serta harta. Kemudian datanglah dinul Islam, dan masuklah cahaya Islam ke dalam hati orang-orang Aus dan Khazraj. Kemudian terwujudlah ikatan persaudaraan dan persatuan di bawah naungan panji Islam sekaligus menghapus semangat jahiliyah serta permusuhan di antara mereka.

            Dalam menafsirkan ayat di atas Asy-Syaikh As Sa’dy mengatakan, “Maka mereka pun berkumpul dan bersatu serta bertambah kekuatan mereka dengan sebab bergabungnya mereka. Dan hal ini tidaklah terjadi karena usaha salah seorang di antara mereka dan tidak pula oleh suatu kekuatan selain kekuatan dari Allah”.

Saat ukhuwah dibangun dengan motivasi duniawi, maka aturan Syar’i pun kurang di perhatikan lagi, ketika itu hubungan yang dibangun hanya sebatas karena kepentingan dunia sesaat, dan akan hilang ketika kepentingan tersebut telah tercapai atau gagal dicapai, sehingga ukhuwah pun. akan menjadi buyar. Persaudaraan bisa berubah 180 derajat menjadi permusuhan hanya karena merasa dirugikan oleh teman seperjuangan. Hasbunallahu wani’mal wakiil. Selama ini dunia tak pernah bisa menyatukan hati manusia, bahkan dunia cenderung memecahkan belah kesatuan hati mereka. Hal ini terjadi lantaran setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengeruk dunia sebanyak-banyaknya. Lihatlah persaudaraan yang dibangun karena kepentingan bisnis dan perdagangan semata, niscaya akan berakhir dengan persaingan di pasar. Persaudaraan yang dibangun karena nasionalisme, suku dan bangsa, juga akan tercerai-berai karena perebutan jabatan dan kekuasaan sehingga akan terjadi sikap saling menjatuhkan dan berakhir dengan permusuhan.

Syaikh Sayid Sabiq dalam buku Anashirul Quwwah fil Islam mengkategorikan kehidupan muslimin dalam satu kesatuan (Jamaah) yang dibangun di atas nilai aqidah dan kesadaran ukhuwah islamiyah karena mencari Ridho Alloh menjadi salah satu dari 5 (lima) elemen penting untuk mewujudkan kekuatan kaum muslimin. Menurut beliau, jika kaum muslimin gagal dalam membangun unsur-unsur penting tersebut, maka kaum muslimin tak akan maju dan menang bahkan sebaliknya berakibat fatal pada agama dan diri mereka.

Karena itu setiap muslim harus berusaha mewujudkan ukhuwah Islamiyyah dengan menjaga nilai-nilai aqidah mereka demi tercapainya kebersamaan umat dan kecintaan Allah kepada mereka. Rasulullah menceritakan bahwa ukhuwah yang berlandaskan cinta dan benci karena Alloh tanpa pamrih duniawi apapun akan menjadi sebab munculnya kecintaan Allah bagi kaum muslimin. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, “Ada seorang lelaki mengunjungi kawannya di kampung lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk mengintai perjalanan nya. Malaikat itu mendatanginya lalu berkata, “Kemana engkau akan pergi”? la menjawab, “Saya ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini.” Sang malaikat bertanya, “Apakah ada tanggungan yang mesti engkau bayarkan kepadanya?” la menjawab, “Tidak. Saya mengunjungi tiada lain karena aku mencintainya karena Allah”. Sang malaikat kemudian mengatakan, “Sesungguhnya aku ini utusan Alloh, ingin mengabarkan bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai orang itu karena-Nya.” (HR. Muslim no. 4656). Semoga Allah memudahkan jalan bagi kaum muslimin dalam merajut ukhuwah islamiyah dalam bingkai kecintaan Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *