SIAPAKAH YANG PANTAS DISEBUT ULIL AMRI?
SIAPAKAH YANG PANTAS DISEBUT ULIL AMRI?
Mengurai Makna Ulil Amri Dalam Surat An-Nisa’ 359
Oleh: M. Sholeh Ibrahim, S.Th.l
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنار عثم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, toutilah Allah dan taobilah Rosul (Nyo), dan util amri diantara kamu Dan jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Clur on dan RasulNya (Sunnahnya), Jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’:59)
“Ulil Amri ” merupakan kata yang paling sering diucapkan dan diperbincangkan banyak kalangan dalam kontek kepemimpinan (al-Imamah) baik kepemimpinan yang bersifat umum atau khusus. Dalam ayat ini Alloh memerintahkan agar umat taat kepada ulil amri minkum (para pemimpin diantara kalian atau para pemimpin di antara orang-orang yang beriman). Oleh karenanya penulis mencoba membahas “Apa makna ulil amri dan siapa pula ulil amri yang dimaksud dalam ayat di atas?.”
Makna Ulil Amri Menurut Mufassirin
- Menurut ulama besar terkemuka Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at- Thobari dalam kitab klasiknya yang terkenal dan menjadi rujukan oleh para mufassir muttaakhirin (kontemporer), Tafsir At-Thobari, menyebutkan bahwa para ahli takwil berbeda pandangan mengenai makna ulil amri. Satu kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah umara. Masih dalam kitab tafsir yang sama sebagian ulama mengatakan bahwa ulil amri adalah ahlul ilmi wa fiqhi yaitu para ulama. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ulil amri itu adalah para sahabat Rosululloh. Dan sebagian ulama lain berpendapat bahwa ulil amri itu adalah Abu Bakar As-Siddiq dan Umar ibnul Khottob. (Tafsir AtThobari juz: 5,hal: 147-149)
- Imam Al-Mawardi menyebutkan dalam kitab tafsirnya; Ada empat pendapat dalam memaknai kalimat ulil amri yang terdapat dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 59:
Pertama, ulil amri bermakna umara, yaitu para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan. Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas, As-Sa’dy, Abu Hurairah, dan Zaid. Sedangkan Imam Al-Mawardi sendiri memberikan catatan, meskipun mereka memaknainya dengan umara akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam sebab nuzul turunnya ayat ini. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Huzafah bin Qays As-Samhi ketika Rosul mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyah (perang yang tidak diikuti oleh Rosululloh). Sedangkan As Sa’dy berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Kholid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rosululloh sebagai pemimpin dalam sariyah.
Kedua, ulil amri adalah ulama dan fuqoha ini menurut pendapat Jabir bin Abdulloh, Al-Hasan, Atho’, dan Abi Al-Aliyah.
Ketiga, Imam Mujahid dengan pendapatnya mengatakan bahwa ulil amri adalah para sahabat Rosululloh
Keempat, Ikrimah berpendapat lebih menyempitkan makna ulil amri hanya kepada dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar As-Shidiq dan Umar bin Khottob. (Tafsir Al-Mawardi, Jild 1. Hal: 499-500)
- Ahmad Musthofa Al-Maroghi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa ulil amri adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan, dan seluruh pemimpin lainnya yang manusia merujuk kepada mereka dalam hal kebutuhan dan kemaslahatan umum. Pada halaman selanjutnya Al-Maroghi juga menyebutkan contoh yang dimaksud dengan ulil amri ialah ahlul halli wal aqdi atau legislative, yaitu mereka yang dipercaya oleh umat seperti ulama, pemimpin militer, dan pemimpin dalam kemaslahatan umum. (Tafsir Al-Maroghi, Juz: 5, hal:72-73)
- Al-Alusi penulis tafsir Ruh Al-Ma’ani berpendapat senada dengan sejumlah kitab tafsir di atas, dan ia mendata adanya beberapa pandangan tentang makna ulil amri. Ada yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah pemimpin kaum muslimin pada masa Rasul dan sesudahnya. Mereka itu adalah para khalifah, sultan, qadhi (hakim) dan yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah pemimpin pasukan militer (sariyah). Juga ada yang berpendapat bahwa ulil amri adalah ahlul ilmi (cendekiawan). (Tafsir Ruh Al-Ma’ani, Juz : 5 .hal: 65)
Dari sejumlah kitab tafsir yang dikutip di atas kita dapat memberikan catatan singkat tentang perbedaan pendapat mengenal makna ulil amri
sebagai berikut:
- Ada yang mencoba meluaskan makna ulil amri dengan semua ulama dan umara’
- Ada pula yang mencoba menyempitkannya dengan khusus yakni Abu bakar Assidig dan Umar ibnu Khottob saja.
- Ada yang melihat pada ulama saja (ahlu ilmi).
- Ada juga yang hanya perpegang pada arti pemimpin perang.
- Ada yang menyatakan seputar ohlul halli wal aqdi, ulama, dan pemimpin perang saja.
Siapa Ulil Amri Sebenarnya?
Jika kita perhatikan ayat 59 surat an-Nisa di atas, sosok ulil amri memiliki ciri-ciri utama yang beberapa poinnya ada pada makna dari ulil amri. Dan dari ciri-ciri inilah kita dapat memahami dan menjelaskan siapa sebenarnya ulil amri yang dimaksud menurut kajian tafsir.
- Ciri pertama adalah didapati pada potongan pangkal ayat ke 59 surat an-Nisa;
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم
“Hai orang orang yang beriman taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya) dan Ulil amri diantara kamu.”
Pada potongan pangkal ayat tersebut terkandung perintah Alloh agar umat taat kepada ulil amri. Karenanya ini merupakan ciri keistimewaan yang dimiliki oleh ulil amri yakni ditaati oleh anggotanya atau jamaahnya. Dan sebuah ketaatan yang dilakukan oleh anggota kepada ulil amri tidak akan bisa dilaksanakan tanpa ada kebenaran yang menjadi urusan pada seorang diri amir yakni mentaati Alloh dan Rasul Nya. Rasululloh bersabda, “Tidak ada suatu bentuk ketaatan kepada makhluk dalam hal (perintah) maksiat kepada Alloh. Dan hanyasannya ketaatan (kepada makhluk) adalah pada kebaikan.” (HR. Tirmidzi)
- Ciri utama kedua adalah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan dan perselisihan kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rosul (Sunnahnya). Komitmen ini didapati pada lanjutan potongan ayat 59 surat An-Nisa:
فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسـول إن كنتم تؤمـون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Inilah ciri ulil amri sejati di mana mustahil baginya rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain al-Qur’an dan sunnah Rosul. Sebab ia sangat faham dan meyakini pesan Alloh dalam Al-Qur’an;
يا أيها الذين آمـوا لا تُقدمـوا بين يدي الله ورسوله واتقوا الله إن الله سميع عليم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Dalam catatan sejarah kita temukan bagaimana seorang kholifah Umar bin Khottob di masa paceklik mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadi berupa larangan bagi para muslimah untuk meminta mahar yang memberatkan bagi para lelaki muslim yang mau menikah. Tiba-tiba seorang muslimah mengangkat suaranya mengkritik kebijakan Sang Kholifah seraya mengutip firman Alloh yang mengizinkan kaum mukminat untuk menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka amirul mukminin langsung beristighfar dan berkata, “Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya cabut kembali!” Subhanalloh, demikianlah contoh komitmen seorang ulil amri pendahulu kita dalam hal mentaati Alloh dan Rasul-Nya dalam segala perkara yang diperselisihkan.
Adapun dalam kehidupan kita dewasa ini di mana segenap sistem hidup yang diberlakukan di berbagai negara baik negara yang pimpinannya dan penduduknya muslim maupun kafir ialah mengembalikan segala urusan yang diperselisih kan kepada selain Alloh dan Rasul-Nya. Maka pemimpin di negeri itu tidak layak disebut Ulil Amri yang sebenarnya tapi lebih layak disebut sebagai Mulkan Jabbariyyan yang artinya para pemimpin atau penguasa diktator yang mengabaikan kehendak Alloh dan Rasul-Nya. Inilah gambaran dua sosok pemimpin yang ideologinya dan sistem kepemimpinannya masing-masing berlawanan dan bertolak belakang.
Kesimpulan
Memperhatikan seluruh pandangan para ulama tentang makna ulil amri memiliki banyak ragam makna yakni: Para Khalifah, sahabat Nabi, Ulama, Umara’, Ahlul Hikmah, Komandan Perang, Sulthon, Qodhi, dan yang lain yang telah dipilih oleh umat muslimin. Semuanya akan dinyatakan benar bahwa mereka itu ulil amri bilamana telah memiliki ciri-ciri yang disebutkan oleh Alloh dalam ayat ke 59 surat an-Nisa’ yaitu;
- Memiliki keistimewaan untuk ditaati perintah dan kebijakannya oleh umat karena perintah dan kebijakannya ada di atas al-Haq atau tidak bermaksiat kepada Alloh dan Rasul-Nya.
- Memiliki komitmen untuk selalu mengembali kan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rasul (As-Sunnah). Wallohu a’lam bisshowaab.
Refrensi:
- Al-Qur’an Terjemah Depag RI
- Asbab Nuzul Al-Qur’an
- Tafsir at-Thobari
- Tafsir al-Maraghi
- Tafsir Ibnu Katsir